JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa anggaran belanja dan pendapatan nasional atau APBN terus menjadi andalan untuk pemulihan ekonomi. Bahkan APBN 2022 bisa menjaga perekonomian Indonesia dengan detail, efektif dan efisien.
“2022 adalah tahun yang sungguh luar biasa. Guncangannya di bidang ekonomi, finansial, dan komoditas. Itu terjadi di atas kondisi pandemi yang masih belum sepenuhnya selesai dan APBN kita terus menjadi instrumen andalan,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers yang disiarkan langsung melalui akun YouTube Kementerian Keuangan, Selasa (03/01/2023).
Dia mengatakan, APBN sepanjang 2022 menjaga Indonesia dari berbagai ancaman yang bisa melemahkan pemulihan ekonomi. Mulai dari ancaman yang masih dari sisi pandemi, kenaikan harga komoditas, kenaikan suku bunga, hingga kenaikan dolar yang kemungkinan bisa memberikan imbas terhadap Indonesia.
Bendahara negara menilai, APBN 2022 mencatatkan kinerja yang cukup baik. Hal tersebut terlihat dari fungsi shock absorber yang pemerintah lakukan dan juga dari pendapatan negara dua tahun berturut-turut meningkat secara tajam.
“Itu adalah bagian dari pemulihan ekonomi dan juga reformasi yang kita lakukan secara konsisten dan terus-menerus,” terangnya.
Untuk belanja negara, dia menambahkan, digunakan sebagai tools untuk menjadi shock absorber bagi masyarakat yang berpotensi mengalami syok apabila guncangan dunia itu tidak diredam. Agar pembiayaan juga jauh lebih rendah.
“Ini terlihat dari penerbitan surat utang negara yang jauh lebih rendah dibandingkan APBN awal dan juga merealisir surat keputusan bersama dengan Bank Indonesia tahun terakhir,” sambung mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.
Realisasi APBN 2022
Adapun realisasi APBN 2022, lanjut Sri Mulyani, sebelumnya pendapatan negara diasumsikan hanya Rp 1.846,1 triliun. Kemudian, direvisi ke atas dengan Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2022 menjadi Rp 2.266,2 triliun.
Sementara, realisasi yang dikumpulkan adalah 2.626,4 triliun. “Dalam hal ini realisasi ini adalah 115,9 persen dari Perpres 98 yang sudah direvisi, kalau dibandingkan APBN awal ini naiknya sudah kemana-mana. Luar biasa lebih tinggi,” jelasnya.
Ia pun menilai, pertumbuhan dari pendapatan negara adalah 30,6 persen dibandingkan tahun lalu yang realisasinya adalah Rp 2.011,3 triliun. Sedangkan realisasi belanja negara mencapai Rp 3.090,8 triliun. Angka tersebut meningkat 10,9 persen dari realisasi belanja tahun 2021.
Namun, Sri Mulyani menambahkan, pemerintah masih memiliki sisa lebih perhitungan anggaran atau Silpa yang akan dioptimalkan memasuki tahun 2023. Menurutnya, kinerja APBN menggambarkan keseluruhan upaya Indonesia menghadapi pandemi yang sungguh luar biasa 3 tahun ini.
Selain itu, juga sebagai upaya Indonesia untuk memulihkan kondisi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah, kata Sri Mulyani, akan terus menjaga APBN keuangan negara sebagai instrumen yang kredibel, efektif, dan tentu sehat, serta sustainable.
“Ini adalah salah satu prasyarat bagi Indonesia untuk terus maju dan berkembang. Sehingga kita bisa mencapai cita-cita negara Indonesia,” tutupnya. (*)