JAKARTA – Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) tidak menegaskan alasan pencoretan Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Namun publik mengasumsikan, akibat adanya campur tangan politik yang membuat dijatuhkannya keputusan yang menyakitkan banyak rakyat Indonesia.
Pembatalan gelaran Piala Dunia U-20 di Indonesia yang dijadwalkan berlangsung 10 Mei-11 Juni mendatang, setelah adanya penolakan terhadap Timnas Israel, dari Gubernur Bali I Wayan Koster dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
Ihwal penolakan kedua gubernur tersebut kemudian seperti menjadi isu politik, mengingat keduanya sama-sama kader PDIP, partai politik yang berkuasa saat ini. Setelah itu, beberapa fungsionaris partai politik lain menyuarakan pendapatnya, ada yang pro dan kontra. Juga sejumlah elemen masyarakat terlibat polemik.
Wakil Ketua Umum PSSI Zainudin Amali menyatakan, kemenangan Indonesia dalam proses bidding pemilihan tuan rumah Piala Dunia U-20, karena adanya jaminan yang kuat.
“Kan kita ini jadi tuan rumah karena kita minta, kita bidding. Kenapa kita menang? Karena ada komitmen-komitmen yang kita lakukan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah,” mantan Menteri Pemuda dan Olahraga itu mengungkapkan kepada pers di Jakarta, Kamis (30/3/2023).
Jaminan itu disebutkan, mulai dari Presiden hingga kepala daerah. Ada enam kepala daerah menandatangani kesiapan jadi host Piala Dunia U-20, yakni Gubernur DKI Jakarta (saat itu Anies Baswedan), Gubernur Jawa Barat (Ridwan Kamil), Gubernur Jawa Tengah (Ganjar Pranowo), Gubernur Jawa Timur (Khofifah), Gubernur Bali (I Wayan Koster), Gubernur Sumatera Selatan (Herman Deru).
“Selain Bapak Presiden, ada beberapa Menteri dan Kapolri yang menandatangani agreement atau government guarantee dan pimpinan-pimpinan daerah yang menandatangani hostly agreement,” ujar Amali.
Jaminan Dipegang FIFA
Ia menekankan, dokumen jaminan itu dipegang FIFA. Oleh karena itulah, Indonesia menang karena dasar jaminan yang kuat dibanding Brasil dan Peru.
“Tanpa [jaminan] itu, pasti kita tidak menang. Lawan kita [untuk jadi tuan rumah] Brasil, yang tradisi sepak bolanya sudah kita tahu. Ada Peru juga di situ, yang hampir tiap Piala Dunia senior dia ikut,” terangnya.
Namun begitu sudah menang begitu sudah ini, lanjutnya, ternyata seperti ini, akhirnya FIFA melihat bahwa kita tidak commit dengan apa yang sudah kita jaminkan.
Sedangkan Timnas Israel lolos menjadi salah satu wakil dari total 24 tim peserta Piala Dunia U-20, sementara Timnas Indonesia lolos karena memperoleh wildcard sebagai tuan rumah.
“Jadi lolosnya Israel sudah diketahui sejak medio Juni 2022 lalu, jauh dari waktu penolakan kedatangannya sekarang ini,” ucap Amali.
Perhelatan Piala Dunia U-20 juga diikuti kesebelasan dari UEFA (Eropa) mendapatkan jatah paling banyak yaitu lima slot, salah satunya adalah Israel.
Sedangkan CAF (Afrika), AFC (Asia, selain tuan rumah), CONCACAF (Amerika Utara dan Kepulauan Karibia), serta Conmebol (Amerika Selatan) masing-masing mendapatkan empat slot. Dua slot sisanya untuk wakil dari OFC (Oseania).
“Timnas Indonesia baru sekali berpartisipasi di Piala Dunia U-20, yakni tahun 1979 di Tokyo, Jepang,” jelasnya lagi.
Amali kini berharap, Timnas Indonesia tetap dapat main diikutsertakan di Piala Dunia U-20 tersebut, walaupun kecil kemungkinannya.
“FIFA pasti akan memberikan jatah wildcard pada tuan rumah, apalagi jika bukan dari salah satu tim peserta yang sudah lolos ke putaran-final,” tandasnya. (*)