JAKARTA – Ketua Satgas Anti Hoax PWI Pusat, Iqbal Irsyad mengapresiasi seminar “Hoax Proof Yourself: Menjaga Kredibilitas Sebagai Langkah Awal Menuju Literasi Digital”.
Diskusi semacam ini merupakan bagian dari program satgas untuk tindakan preemptif dan preventif kepada masyarakat, selain tindakan korektif melalui pemantauan dan klarifikasi informasi. Dengan fokus pada literasi digital, Satgas Anti Hoax PWI berupaya menjadikan masyarakat lebih tangguh terhadap ancaman hoax dalam era informasi digital.
“Selain melakukan tindakan korektif melalui pemantauan dan klarifikasi informasi, kami juga akan menggelar rangkaian seminar sebagai bentuk tindakan preemptif dan preventif kepada masyarakat,” kata Iqbal dalam keterangan di Jakarta Minggu, 17 Desember 2023.
Menghadapi era informasi digital yang penuh berita palsu, Satgas Anti Hoax Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menjadi garda terdepan dalam upaya meningkatkan literasi digital masyarakat. Konsep “Hoax Proof Yourself” menjadi sorotan dalam diskusi/seminar berjudul “Hoax Proof Yourself: Menjaga Kredibilitas Sebagai Langkah Awal Menuju Literasi Digital,”
Kegiatan kerjasama antara Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana (UMB) dengan Tim Satgas Anti Hoax PWI Pusat ini digelar secara daring pada tanggal 14 Desember 2023.
Acara dibuka Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, Dr. Farid Hamid, M. Si.. Kegiatan ini merupakan bagian dari kelas Event Management yang diampu Riki Arsmendi, M. I. Kom (Dosen FIKOM UMB), dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. Hannanda Yusufany bertindak sebagai moderator, sementara pembicara utama adalah Ary Julianto (Wartawan Senior dan Anggota Satgas Anti Hoax PWI) dan Dudi Hartono, M. I. Kom (Dosen FIKOM UMB dan Anggota Satgas Anti Hoax PWI).
Keduanya memaparkan proses produksi, distribusi, dan dampak dari hoax atau kabar bohong.
Peran Kredibilitas
Menurut Ary, kredibilitas memiliki peran krusial dalam literasi digital karena dapat memengaruhi keputusan, persepsi dan pemahaman individu terhadap informasi yang mereka temui dalam lingkungan digital. Ia menekankan pentingnya memastikan kredibilitas sumber informasi guna menghindari paparan hoax. “Karena penting bagi kita untuk memastikan kredibilitas sumber informasi untuk menghindari paparan hoax,” kata wartawan media online VOI ini.
Ia juga memberikan petunjuk mengenali hoax, seperti asal sumber yang mencurigakan. Ia pun menyoroti ciri-ciri berita bohong, termasuk judul yang provokatif dan hiperbolik.
Faktor Biologis
Sedangkan Dudi Hartono menyoroti biologis manusia sebagai faktor utama dalam penyebaran hoax di masyarakat mengutip penjelasan pakar neurosains, Sam Harris. “Ada bias kognisi dan konfirmasi dalam otak manusia,” kata Dudi.
Kedua pembicara sepakat bahwa peningkatan literasi digital menjadi kunci untuk mengantisipasi penyebaran berita palsu. Ary menyarankan melakukan cek fakta (fact checking), sementara Dudi merekomendasikan pendekatan skeptisisme dan penundaan penyebaran informasi.(*)