JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga dan kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan (LJK) tetap tumbuh kuat, yang berkontribusi mempertahankan kinerja perekonomian nasional di tengah masih tingginya ketidakpastian global.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, di tengah dinamika perekonomian global, indikator perekonomian Indonesia terpantau tetap solid.
Ditambahkan, neraca dagang melanjutkan surplus di Januari 2023, begitupun Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur juga terus berada di zona ekspansi dalam kurun waktu 17 bulan terakhir.
“Optimisme dan konsumsi masyarakat juga mencatatkan perbaikan yang terkonfirmasi dari kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen dan Indeks Penjualan Ritel,” jelas Mahendra dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan Februari 2023, yang disiarkan melalui YouTube Jasa Keuangan, Senin (27/02/2023).
Sementara, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi menuturkan, di pasar saham, IHSG sampai dengan 24 Februari 2023 tercatat menguat sebesar 0,25 persen mtd seiring investor non-resident yang membukukan inflow sebesar Rp3,38 triliun.
“Secara ytd, IHSG menguat tipis 0,09 persen dengan inflow investor non-resident sebesar Rp162,8 miliar,” ujar Inarno.
Pada sektor perbankan, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyebut, kredit perbankan pada Januari 2023 tumbuh sebesar 10,53 persen yoy (Desember 2022: 11,35 persen yoy) menjadi Rp6.310,88 triliun.
Penguatan kredit tersebut utamanya ditopang oleh kredit investasi dan kredit modal kerja yang masing-masing tumbuh sebesar 12,61 persen yoy dan 10,03 persen yoy.
Sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Januari 2023, sambungnya, tercatat tumbuh sebesar 8,03 persen yoy (Desember 2022: 9,01 persen yoy) menjadi Rp7.953,8 triliun, dengan giro sebagai main driver. Secara mtm, DPK Januari 2023 turun 2,45 persen atau turun sebesar Rp199,77 triliun.
Dalam sektor IKNB, Kepala Eksekutif Pengawas IKNB OJK, Ogi Prastomiyono menyatakan pendapatan premi sektor asuransi di Januari 2023 mencapai Rp30,55 triliun atau tumbuh sebesar 5,22 persen yoy (Desember 2022: 1,09 persen yoy).
Demikian pula halnya dengan premi asuransi umum dan reasuransi yang tumbuh sebesar 19,80 persen yoy di Januari 2023 mencapai Rp14,53 triliun. Namun, premi asuransi jiwa di 2023 terkontraksi sebesar 5,25 persen yoy, dengan nilai sebesar Rp16,02 triliun.
“Nilai outstanding piutang pembiayaan di Januari 2023 tercatat sebesar Rp420,6 triliun atau tumbuh 14,57 persen yoy (Desember 2022: 14,18 persen yoy). Kenaikan ini utamanya didorong oleh pembiayaan modal kerja dan investasi yang masing-masing tumbuh sebesar 33,7 persen yoy dan 20,4 persen yoy,” terang Ogi.
Friderica Widyasari Dewi sebagai Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, menyampaikan perkembangan bidangnya di mana OJK terus mengakselerasi perluasan akses keuangan regional melalui optimalisasi peran 487 Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) yang tersebar di 34 provinsi dan 453 kabupaten/kota.
“Selain itu juga melalui program Satu Rekening Satu Pelajar (KEJAR), program Simpanan Mahasiswa dan Pemuda (SIMUDA), program Kredit/Pembiayaan Melawan Rentenir (K/PMR), dan program business matching lainnya,” ungkap Friderica.
Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara menambahkan, strategi OJK dalam rangka menjaga stabilitas sektor jasa keuangan dan menghadapi tantangan ke depan, namun tetap dapat menjaga pertumbuhan ekonomi nasional dengan melakukan sejumlah arah kebijakan.
Yakni dengan menjaga stabilitas sistem keuangan, penguatan sektor jasa keuangan dan infrastruktur pasar, penguatan tata kelola OJK, literasi dan inklusi keuangan serta penguatan perlindungan konsumen, serta penanganan LJK dalam perhatian khusus. (*)