BATAM – PT PLN Batam siap memasok listrik yang andal dan kompetitif dari sumber daya energi baru terbarukan (EBT) untuk mendukung pertumbuhan ekonomi serta industri di Batam, Kepuluan Riau.
Melalui Nota Kesepahaman (MoU) tentang Rencana Kerja Sama Potensi Pengembangan, Pembangunan, Kepemilikan, dan Pengoperasian Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di Indonesia, antara PT PLN Batam, PT PLN Nusantara Power dan PT Energi Baru TBS, PLN Batam akan memasok listrik sebesar 42 MWp.
Komitmen MoU tersebut ditandatangani langsung oleh Direktur Utama PT PLN Batam M Irwansyah Putra, Direktur Utama PT PLN Nusantara Power Ruly Firmansyah, dan Direktur Utama PT Energi Baru TBS Dimas Adi Wibowo, di Kantor Korporat PT PLN Batam, Senin (17/4/2023). Serta disaksikan langsung oleh Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan PT PLN (Persero), Wiluyo Kusdwiharto.
Dalam sambutannya, Wiluyo mengungkapkan MoU ini akan menjadi bagian dari Transformasi PLN untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29 persen pada tahun 2030, dan mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
Dijelaskan, kolaborasi ini dilakukan untuk mendukung upaya pemerintah mempercepat transisi energi di Indonesia dengan meningkatkan bauran EBT dan menekan emisi karbon di sektor kelistrikan.
“PLN tidak bisa berdiri sendiri, PLN harus terbuka dan proaktif menggandeng pihak swasta untuk bersama-sama mencapai target NZE 2060,” terang Wiluyo.
Ia mengatakan, upaya transisi energi menuju energi bersih untuk masa depan dapat menjadi tulang punggung sistem kelistrikan Batam.
Diharapkan, PLTS Apung ini bisa terwujud dalam waktu dekat sehingga listrik yang dihasilkan dari pembangkit ini akan dimanfaatkan untuk menerangi Pulau Batam dan sekitarnya, yang terhubung dengan jaringan listrik PLN Batam.
Sementara itu Direktur Utama PT PLN Batam menyampaikan MoU ini akan menjadi langkah awal bagi PT PLN Batam, PT PLN Nusantara Power dan PT Energi Baru TBS, untuk bersama-sama dan bersinergi melaksanakan studi kajian proyek/keahlian dalam rangka pengembangan, pembangunan, kepemilikan, serta pengoperasian proyek-proyek PLTS terapung di Waduk Tembesi, Batam.
Irwansyah menyebut, pembangunan PLTS Apung 42 MWp ini merupakan proyek EBT terbesar di Kepulauan Riau yang akan menjadi etalase untuk mengundang investor luar berinvestasi di Batam.
“Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi akan semakin pesat sejalan dengan meningkatknya kualitas hidup dan masyarakat Batam, serta mewujudkan pembangunan Pulau Batam, Rempang dan Galang yang berkelanjutan,” ucap Irwansyah.
Lebih lanjut ditambahkannya, bahwa PLN Batam mendukung penuh kebijakan PT PLN (Persero) dalam Transisi Energi di mana program Pemerintah untuk peningkatan bauran energi baru terbarukan hingga tahun 2025 sebesar 23 persen.
Komitmen ini juga sudah dituangkan dalam dokumen RUPTL PLN Batam 2023-2032, yang saat ini masih berproses berupa pengembangan PLTS hingga 125 MW di tahun 2026.
“Dengan inisiasi pengembangan PLTS Apung di Waduk Tembesi sebesar 42 MWp, melalui sinergi antara PT Energi Baru TBS, PT PLN Nusantara Power dan PT PLN Batam, diharapkan kegiatan ini menjadi batu loncatan dalam kerja sama yang lebih besar dan kemitraan untuk pengembangan EBT lainnya. Semoga kerja sama ini tidak terbatas hanya di Wilayah Batam dan bisa dikembangkan untuk daerah lain,” pungkas Irwansyah.
Sejalan dengan itu, Direktur Utama Energi Baru TBS, Dimas Adi Wibowo menyampaikan antusiasmenya untuk berkolaborasi dengan Nusantara Power dan PLN Batam dalam proyek PLTS Apung Tembesi.
Menurutnya, proyek ini merupakan langkah penting dalam transformasi energi di Pulau Batam, dan sejalan dengan dukungan perusahaan terhadap visi pemerintah dalam mencapai target energi terbarukan.
“Kami sangat antusias untuk bekerja sama dengan Nusantara Power dan PLN Batam dalam proyek PLTS Apung Tembesi ini. Proyek ini merupakan langkah penting dalam transformasi energi di Pulau Batam, dan dukungan kami terhadap visi pemerintah untuk mencapai target energi terbarukan,” ungkapnya.
Dengan kapasitas 42 MWp, total investasi yang akan dikeluarkan oleh TBS diperkirakan mencapai 50 juta USD, dan diharapkan mulai beroperasi pada tahun 2024.
Proyek ini menjadi prioritas TBS dalam sektor energi terbarukan dan akan menjadi proyek energi terbarukan skala besar pertama di Pulau Batam. (*)