BATAM – Warga Sei Nayon, Kelurahan Sadai, Kecamatan Bengkong, Kota Batam kembali beramai-ramai mendatangi Kantor BP Batam, Jumat (10/02/2023) pagi. Di mana sebelumnya, Kamis (09/02/2023) juga dilakukan aksi yang sama.
Aksi itu dilakukan untuk menemui Kepala BP Batam, Muhammad Rudi guna menuntut BP Batam mencabut izin penetapan lokasi (PL) yang ada di kawasan Sei Nayon.
Para massa menyuarakan, bahwa mereka sebagai warga yang hidup di kawasan tersebut hingga puluhan tahun, kini kerap terusik dengan aksi teror dari oknum tak dikenal terkait lahan yang mereka tempati.
“Tiap hari kami diincar oleh preman-preman. Pak Rudi di sini aman damai tidak ada yang mengancam, mengusik dan menyakiti. Beda dengan kami warga Sei Nayon yang harus diincar oleh preman,” protes salah seorang orator dalam aksi tersebut.
Ada juga yang menyebut, aksi teror yang datang dari para preman itu merupakan kiriman dari pihak perusahaan pengembang.
“Kami tinggal di sana sudah puluhan tahun. Dari awalnya bakau kami timbun, sekarang sudah bagus mereka mengaku punya mereka dan mengusik kami. Kami mau aktivitas [proyek pengembangan] di Sei Nayon dihentikan,” teriak seorang warga, yang disambut riuh setuju dari warga lainnya.
Mereka mengharapkan keadilan dari Kepala BP Batam yang sekaligus adalah Wali Kota Batam. “Kami mengharapkan tanda tangan Bapak [Rudi] untuk membuat kami semangat, kami terhibur. Kami percaya bahwa Pak Rudi akan membebaskan Sei Nayon. Kami mohonkan dengan sangat Pak, bila perlu kami bersujud,” pinta orator dihadapan Rudi, yang akhirnya menemui para massa.
Muhammad Rudi kemudian menanggapi aksi tersebut dengan menyampaikan, akan menjembatani dan menjelaskan aturan-aturan BP Batam kepada warga Sei Nayon.
“Saya pasti akan jembatani Bapak Ibu sekalian, untuk memanggil mereka yang memiliki lahan. Maka saya minta perwakilan dari warga Sei Nayon yang paham dan mengerti permasalahan ini, untuk datang hari Senin [13/02/2023] dan kita akan temukan langsung dengan pihak-pihak terkait,” ujar Rudi menegaskan.
Mendapat jawaban dari Kepala BP Batam, warga pun menghentikan aksi dan bubar, tepat sebelum dilaksanakannya salat Jumat. (Dwi Septiani)