JAKARTA – Calon Wakil Presiden (Cawapres) Nomor Urut Dua, Gibran Rakabuming Raka menyatakan kebingungan, karena Muhaimin Iskandar Cawapres Nomor Urut Satu tidak paham mengenai Lithium Ferro Phosphate (LFP). Hal itu pula yang membuatnya bertanya kepada Cak Imin panggilan akrab Muhaimin, apakah dirinya anti nikel.
Pertanyaan itu dilontarkan dalam debat pilpres keempat yang juga diikuti Cawapres Nomor Urut Tiga Mahfud MD di JCC Senayan, Jakarta, Minggu, 21 Januari 2024.
Saat melontarkan pertanyaan, Gibran pun terkesan bingung, mengapa Gus Imin sebutan lain Muhaimin tidak paham soal LFP. Padahal Co Captain Tim Nasional Pemenangan Anies-Cak Imin, Thomas Lembong kerap bicara mengenai LFP yang menjadi subsitusi bahan baku Baterai kendaraan listrik pengganti Nikel.
Dikutip dari sebagian tayangan YouTube Total Politik, Thomas menjabarkan hal yang menjadi dasar AMIN jika memimpin, akan memperbaiki kebijakan pertambangan nikel tersebut. Kebijakan ekplorasi nikel besar-besaran di Indonesia saat ini menurutnya sangat mengkhawatirkan.
“Harga nikel global di seluruh dunia sudah turun kurang lebih 30 persen dalam 12 bulan terakhir, dan diprediksi tahun depan ada surplus stok nikel di dunia yang terbesar sepanjang sejarah. Jadi dengan begitu gencarnya pembangunan smelter di Indonesia, kita membanjiri dunia dengan nikel, harga jatuh terjadi kondisi oversupply .”
Pemerintah Pede
Diungkapkan, karena begitu besarnya pasokan nikel RI membanjiri dunia dan berkembang pesatnya produksi baterai kendaraan listrik, pemerintah pede (percaya diri) bisa mendominasi pasar dunia.
“Akhirnya mereka (produsen mobil listrik) ketakutan dan kehilangan kepercayaan. Mereka cari opsi lain, formulasi bahan baterai yang tidak menggunakan nikel,” tambahnya.
Hal itu menurut Thomas sangat mengkhawatirkan. Sebab Salah satu produsen mobil listrik terbesar di dunia, Tesla, kini katanya sudah tidak lagi menggunakan nikel sebagai bahan baku baterai lithium yang digunakan, tapi LFP. Khususnya, di pabrik yang basis produksinya di China.
“Jadi 100 persen dari semua mobil Tesla yang dibuat di Tiongkok menggunakan baterai yang mengandung nol persen nikel, nol persen cobalt. Baterainya namanya LFP jadi pakai besi, pakai fosfat, masih pakai lithium tapi tidak lagi pakai cobalt. Itu 100 persen mobil Tesla,” ungkapnya.
Menurut Thomas, Indonesia tidak bisa lagi ke depannya (memiliki) ketergantungan dengan harga komoditas dunia. Terlebih lagi hilirisasi nikel yang didorong pemerintah saat banyak aspek negatifnya ketimbang keuntungan yang dirasakan.
Jadi sebaiknya kita lihat komprehensif, ekspor kita naik dramatis, kemudian gagah-gagahan di dunia, kalau kalian gak nurut kita akan stop jual, itu memicu subsitusi,” ungkapnya. (*)