JAKARTA – Dosen Program Studi Hubungan Internasional dari Universitas Pelita Harapan (UPH), Tangerang, Banten, Amelia Joan Ribka Liwe mengakui turut ikut dalam lawatan bersama lima Nahdliyin ke Israel dan bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog.
Sebenarnya ia tidak sendiri pergi ke Israel, tetapi rekannya sesama dosen UPH yaitu Yosef Marcis Djakababa juga turut ikut.
Setelah itu, mereka juga berencana bakal menggelar acara diskusi terkait kunjungannya ke Israel pada Sabtu, 20 Juli 2024, namun berujung dibatalkan karena menimbulkan kegaduhan di masyarakat.
Amelia membeberkan cara dirinya diberi izin pihak kampus pergi ke Israel. Pertama ia mengambil cuti dan kepada pihak kampus beralasan ada urusan pribadi. Amelia juga mengungkapkan rekannya Yosef menggunakan alasan sama.
“Kami menggunakan izin cuti (bukan izin khusus ke Israel). Tidak ada hubungan dengan UPH sama sekali. (Ke pihak kampus), alasan cuti untuk urusan pribadi,” katanya pada Sabtu, 20 Juli 2024 seperti dikutip dari Tribunnews.com.
Amelia pun menjelaskan, kegiatan kunjungan ke Israel tersebut berawal dari diskusi dengan rekannya satu kampus saat melakukan studi di salah satu universitas terkemuka di Amerika Serikat (AS).
“Diskusi dilakukan di Jakarta saat teman ini berlibur ke sini,” ujarnya singkat.
Merasa Prihatin
Amelia mengungkapkan bahwa dirinya dan rekannya sama-sama merasa prihatin dengan konflik yang terjadi antara Hamas dan Israel. Kedua pihak tidak ada yang mau mengalah.
Dalam diskusi tersebut, rekan Amelia mengatakan, bahwa masyarakat Indonesia sebenarnya bisa menjadi contoh bagi kedua pihak untuk membangun bangsa yang berlandaskan Bhinneka Tunggal Ika.
Dari diskusi itulah, Amelia mengungkapkan, dirinya dan rekannya sepakat berkunjung ke Israel untuk berdiplomasi lewat jalur masyarakat sipil. “Jadi teman ini mulai menghubungi teman-temannya yang mungkin tertarik. Saya juga merekomendasikan Yosef.”
Dibantu NGO AS
Lebih lanjut dikatakan, temannya dari AS membantu cari NGO yang biasa mengatur field visit ke Israel, karena akses ke Gaza tertutup akibat perang.
Amelia menuturkan bahwa seluruh pembiayaan terkait kepergiannya ke Israel berasal dari organisasi non-profit atau Non-Govermental Organization (NGO) yang diupayakan rekannya.
Dia menuturkan biaya yang diperoleh NGO tersebut berasal dari dana masyarakat dan endowment fund atau dana abadi.
“Pembiayaan melalui channel NGO. Dananya dari kontribusi masyarakat dan endowment. Tidak ada dana dari pemerintah mana pun,” tuturnya.
Sedangkan, untuk visa keberangkatan, Amelia mengaku mengurus sendiri ke Kedutaan Besar (Kedubes) Israel di Singapura.
“Itikad perjalanan ini kan luhur ya, jadi kami pikir perjalanan ini tidak boleh bersifat rahasia. Harus terbuka.”
“Makanya, kami memberanikan diri untuk daftar langsung ke sana,” ujarnya. (*)