JAKARTA – Menteri Keuangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, M. Chatib Basri melihat ada secercah harapan di tengah ketidakpastian global. Suku bunga Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat (AS), akan turun pada semester II-2024.
“The Fed mungkin akan menurunkan tingkat bunganya 2-3 kali dalam paruh kedua di 2024,” ujarnya dalam video yang diunggah di Instagram, @chatibbasri, Selasa, 23 Januari 2024.
Dikutip dari CNBC Indonesia , kendati Fed Fund Rate (FFR) turun, bank sentral AS tersebut akan melakukannya dengan hati-hati. Ini mengingat defisit fiskal AS yang masih terlalu besar. Dengan turunnya FFR, tekanan nilai tukar rupiah dapat berkurang.
Senada dengan Chatib Basri, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan situasi terakhir menunjukkan kenaikan suku bunga acuan atau fed fund rate diperkirakan berakhir.
“Siklus kenaikan suku bunga kebijakan moneter negara maju termasuk FFR diperkirakan telah berakhir,” ungkap BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers BI Rate, minggu lalu, 17 Januari 2024.
Salah satu indikasinya adalah inflasi yang semakin terkendali. Meskipun masih berada di atas sasaran Bank Sentral AS Federal Reserve (Fed). BI memperkirakan penurunan suku bunga acuan AS akan terjadi pada semester II-2024.
“Kemungkinan akan mulai turun pada semester II 2024,” jelasnya.
Yield Obligasi
Sementara itu yield obligasi pemerintah negara maju, termasuk AS turun secara gradual meski masih berada di level yang tinggi.
“Tekanan penguatan nilai tukar dolar AS terhadap berbagai mata uang dunia termasuk negara-negara emerging market juga berkurang,” paparnya.
Ternyata, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani telah melihat kemungkinan penurunan FFR pada akhir 2023. Menurutnya, momen shock akibat gejolak suku bunga telah terlewati. Hal ini memberikan optimisme terhadap kinerja perekonomian Indonesia pada 2024.
“Prediksi suku bunga tinggi itu sudah semakin pendek dan ada harapan penurunan suku bunga pada paruh kedua tahun depan. Jadi, ini memberi harapan, paling tidak muncul optimisme, karena situasi buruk akibat shock kenaikan suku bunga sudah dilewati,” kata Sri Mulyani dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia, akhir tahun lalu. (*)