JAKARTA – Gestur Ketua DPP PDIP, Puan Maharani, saat menjawab pertanyaan wartawan terkait tudingan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin merebut kursi Ketua Umum (Ketum) PDIP, menuai sorotan. Gesturnya dianggap upaya Puan menjaga situasi politik nasional tetap kondusif.
“Pertama, gestur Puan itu tentu untuk menjaga suasana tetap kondusif, tak memperkeruh keadaan, dan membiarkan publik menafsirkan secara bebas pernyataan Hasto. Karena apapun Hasto merupakan sekjen partai yang posisinya sangat sentral,” kata Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno saat dihubungi, Kamis, 4 April 2024 seperti dilansir dari detik.com.
Adi mengatakan, gestur Puan yang tidak ingin berkomentar terkait isu liar yang diembuskan Hasto itu, juga untuk menjaga keseimbangan politik. Posisi Puan di PDIP, saat ini berdiri di antara kelompok yang bersikap ofensif dengan pemerintah. Di satu sisi Puan sendiri selama ini menunjukkan sikap yang diplomatis selama Pilpres 2024.
“Tak mudah menjadi Puan hari ini, yang harus menempatkan posisi di antara dua arus yang saling berhadap-hadapan. Satu sisi ada kecenderungan internal kader PDIP yang sangat agresif bahkan ofensif menyerang Jokowi, tapi pada saat bersamaan secara personal Puan terlihat akomodatif dengan Jokowi. Dalam konteks inilah kemudian gestur Puan harus dimaknai menjaga keseimbangan,” jelas Adi.
“Tak heran jika kemudian jawaban Puan terkesan normatif dan bahkan menghindari pertanyaan langsung awak media,” sambungnya.
Layak Diapresiasi
Adi menilai sikap Puan itu layak diapresiasi. Dia menyatakan Puan menunjukkan kedewasaan dalam berpolitik.
“Kondisi semacam ini yang membuat Puan terlihat kian matang dan mendapat apresiasi publik,” ucap Adi.
Puan putri Megawati Soekarnoputri, ditanya soal pernyataan Hasto itu, usai dirinya memimpin rapat paripurna penutupan masa sidang DPR di Gedung MPR/DPR Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 4 April 2024.
Selain soal pernyataan Hasto, Puan juga ditanyai mengenai keanggotaan Jokowi di PDIP.
Puan menyimak pertanyaan wartawan dengan seksama. Setelahnya, ia terlihat menggerakkan matanya ke kanan seperti sedang memikirkan jawaban. Dia juga mengerutkan alisnya. Sejurus kemudian, Puan lantas menggelengkan kepalanya.
Wartawan kembali meminta komentar Puan terkait pernyataan Hasto tersebut, namun Puan tetap menggelengkan kepalanya.
Tudingan Hasto
Pernyataan Hasto soal rumor pengambilalihan kursi Ketum PDIP mulanya disampaikan di acara diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa, 2 April. Hasto awalnya bicara Jokowi telah melakukan abuse of power.
“Jadi abuse of power sama. TNI Polri juga banyak saksi yang menyatakan kemudian kendaraan politik dulu adalah Golkar, sekarang gagasan suatu koalisi besar permanen, rencana pengambil alihan Golkar dan PDIP,” ujar Hasto.
Sekjen partai berlambang banteng moncong putih itu mengatakan, dalam kabinet Jokowi, ada menteri powerful dan menteri super powerful. Namun, yang mendapat tugas untuk menjembatani pengambilalihan kursi Ketum PDIP ialah menteri powerful.
“Jauh sebelum pemilu, 5-6 bulan, ada seorang menteri powerful, ada yang super powerful dan powerful, supaya nggak salah image,” ujarnya.
“Ini ditugaskan bertemu Pak Ryaas Rasyid oleh Jokowi. Pak Ryaas Rasyid ditugaskan untuk membujuk Bu Mega agar kepemimpinan PDIP diserahkan Pak Jokowi,” ujarnya.
Tanggapan Jokowi
Sehari berselang setelah pernyataan Hasto, Presiden Jokowi ditanya wartawan mengenai rumor tersebut. Ia justru bertanya balik bukankah selama ini dirinya diisukan mengambil alih Partai Golkar.
“Bukan Golkar?” katanya di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu, 3 April 2024.
Jokowi merasa heran dengan rumor-rumor merebut kursi ketua umum partai. Dia meminta agar pihak-pihak tersebut tidak memunculkan rumor belaka.
“Katanya mau ngerebut Golkar, katanya mau ngerebut , masa semua mau direbutin semua, jangan seperti itu, jangan seperti itu,” ujarnya. (*)