JAKARTA – Pemerintah tengah mengkaji bakal membangun infrastruktur transportasi umum perkeretaapian di Jabodetabek (Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi) yakni meneruskan proyek MRT yang saat ini hanya sampai Lebak Bulus dan LRT sampai Harjamukti.
Namun proyek lanjutannya bukan jenis moda MRT ( Mass Rapid Transit ) maupun LRT ( Light Rail Transit ), melainkan kereta gantung atau skytrain.
“Kenapa skytrain karena pertimbangannya biaya pembangunan yang lebih murah, hanya 1/3 (dari LRT),” ungkap Direktur Jenderal (Dirjen) Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Mohamad Risal Wasal seperti dilansir CNBC Indonesia, Sabtu, 8 Maret 2025.
Lebih murahnya biaya investasi diharapkan dapat membuat calon investor lebih tertarik untuk bergabung.
Empat Investor
Risal menyebut setidaknya ada empat investor dari luar negeri, yang menyatakan minatnya. “China ada dua, Belarus sama Jerman juga ada,” katanya.
Dinyatakan, saat ini pemerintah masih mengkaji tawaran dari masing-masing investor, termasuk besaran investasi yang masuk.
Ia pun memberi bocoran nilai investasi dari proyek ini. “Per kilometernya Rp238 miliar, karena tidak perlu pembebasan lahan yang (berbiaya) besar,” ujar Risal seraya menambahkan, nilai investasi tersebut sudah termasuk dengan rangkaian keretanya.
Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan ini, memperkirakan satu gerbong bisa diisi sekitar 125 orang dan nantinya ada beberapa rangkaian gerbong dalam satu kereta.
Berbeda dengan proyek LRT maupun MRT elevated yang memerlukan pembebasan lahan banyak, proyek skytrain ini nantinya tidak memerlukan banyak lahan di bawah.
“Proyeknya enam bulan juga sudah bisa selesai dibangun,” sebut Risal.
Nantinya proyek ini bakal menjadi feeder bagi MRT Lebak Bulus menuju BSD, sedangkan Harjamukti menuju Sentul. (*)