BATAM – Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIA Batam kini menghadapi tantangan serius. Jumlah warga binaan sudah mencapai 1.037 orang, padahal kapasitas idealnya hanya 470 orang. Artinya, rutan ini dihuni lebih dari dua kali lipat dari yang seharusnya. Kondisi overkapasitas ini tentu bukan sekadar angka, melainkan realitas yang setiap hari menuntut pengelolaan ekstra ketat agar keamanan dan ketertiban tetap terjaga.
Kepala Rutan Batam, Fajar Teguh Wibowo, melalui Kepala Kesatuan Pengamanan (KA.KPR) Purwo Aji Prasetyo dan Koordinator Keamanan Ahad Riadi, menegaskan bahwa pemindahan warga binaan menjadi langkah cepat yang diutamakan untuk mengurai kepadatan. “Semua strategi akan dilakukan, namun fokus utama tetap pada pemindahan,” ujarnya. Penataan blok dan pengaturan internal disebut tetap berjalan paralel.
Di sisi lain, pihak rutan juga tidak hanya berfokus pada jumlah penghuni. Program pembinaan kerohanian dan pendekatan personal terus dikedepankan. Menurut Fajar, kepatuhan terhadap aturan merupakan indikator penting apakah seorang warga binaan benar-benar ingin berubah. “Meski demikian, sikap waspada tetap dijaga, karena ada juga yang sekadar berpura-pura patuh,” katanya.
Soal layanan kunjungan keluarga, Purwo Aji menjelaskan bahwa prosedur pemeriksaan masih mengacu pada aturan lama. Namun, peningkatan kewaspadaan dilakukan tanpa menghilangkan sentuhan humanis. Keluhan yang sering muncul biasanya terkait jumlah bawaan, terutama makanan, yang melebihi ketentuan. “Kami berusaha memberikan pelayanan terbaik, tetapi keamanan tidak bisa sepenuhnya mengikuti keinginan warga binaan,” tegasnya.
Sementara itu, Ahad Riadi menilai bahwa beban mental petugas bukan hambatan besar. “Kami sudah terbiasa dengan dinamika tugas. Saat tekanan tinggi, petugas diingatkan untuk mengendalikan diri dan meredam emosi,” jelasnya. Pendekatan ini diyakini mampu menjaga stabilitas kerja di tengah situasi rawan.
Dari sisi fisik bangunan, Fajar memastikan bahwa Rutan Batam dalam kondisi aman tanpa risiko retak maupun longsor. Meski begitu, jalur koordinasi darurat tetap disiapkan, termasuk langkah cepat menghadapi risiko kebakaran.
Lebih jauh, Fajar menegaskan pentingnya transparansi. Rutan Batam selalu membuka pintu bagi media maupun LSM untuk memantau kondisi di dalam. Salah satu LSM, Cinderella, bahkan sempat menggelar kegiatan kreatif bagi warga binaan. “Media adalah corong kami untuk menjaga keterbukaan informasi,” ungkapnya.
Namun, Fajar tetap mengingatkan pentingnya pemberitaan berimbang. “Kalau ada isu negatif, sebaiknya hubungi kami dulu agar informasinya jelas dan proporsional,” ujarnya.
Kondisi Rutan Batam menggambarkan problem klasik yang hampir terjadi di seluruh Indonesia: overkapasitas yang menekan ruang gerak pembinaan dan keamanan. Pemindahan mungkin meredakan sementara, tetapi tanpa solusi jangka panjang, masalah ini berpotensi terus berulang.