Pengemudi ojek online (ojol) di Medan dan Deli Serdang di Provinsi Sumatra Utara semakin kesulitan mendapatkan penghasilan di masa pandemi Covid-19. Pihak perusahaan Gojek membuka program Berkat dengan maksud meringankan beban para pengemudi, tapi kesempatan mereka untuk mendapatkan bonus malah hilang.
Pengalaman itu diceritakan beberapa pengemudi ojol yang ditemui HMStimes.com, salah satunya Hendrik Panjaitan (55), yang ditemui di emperan pertokoan di kompleks MMTC, Jalan William Iskandar, Deli Serdang, Sumatra Utara, 5 Agustus 2020. Pagi itu, sekitar pukul 10.15, dia duduk-duduk bersama teman-temannya sesama driver Gojek, sedang menunggu order datang melalui ponselnya. Sambil mengisap rokoknya, dia sesekali bercengkerama dengan sesama pengemudi ojol lainnya. Dia lebih beruntung dari rekannya pagi itu karena sudah mendapat empat poin.
Namun, menunggu orderan belakangan ini tak seperti dulu lagi, yang biasa dalam satu jam minimal satu order. Tapi, selama pandemi Covid-19, dua jam menunggu dapat satu order itu sudah sangat beruntung. “Bisa sampai empat jam duduk-duduk tak dapat orderan,” kata laki-laki yang telah berkeluarga dan memiliki satu anak itu.
Hendrik yang sudah hampir dua tahun jadi pengemudi ojol bercerita, setiap hari dia mencari order mulai pagi pukul 06.30 hingga pukul 20.00. Kalau masih sanggup, kadang dia lanjutkan hingga pukul 21.00. Dalam sehari, sudah sangat beruntung kalau mendapat sepuluh order dengan rata-rata pendapatan kotor antara Rp100.000 sampai dengan Rp150.000. “Sudah bagus kali dapat segitu. Belakangan ini seringnya dapat 70 [ribu rupiah], 80 [ribu rupiah]. Bahkan cerita dari kawan, pernah cuma dapat 15 ribu sehari, ngeri kan?” katanya.
Itu pendapatan kotor, belum dikurangi dengan potongan 20 persen dari aplikator, biaya bensin rata-rata Rp30.000-Rp40.000 per hari. Kadang, kalau sedang duduk menunggu order, dia membeli minuman dan rokok. Jadi, pendapatan bersih yang bisa dibawa pulang ke rumah antara Rp60.000-Rp70.000. Untuk makan, dia bawa bontot dari rumah agar pengeluaran lebih hemat. “Kalau untuk sekarang uang Rp70.000 sebentar saja habisnya. Untuk keperluan sehari-hari pas-pasan itu,” ujarnya.
Kalau ada pekerjaan lain, Hendrik sebenarnya ingin beralih dari ojol. Bekerja jadi petugas satpam pun dia mau, karena setidaknya ada pendapatan bulanan yang jelas. Sebab, ojol dulu dan ojol sekarang sangat berbeda. Sebelum pandemi Covid-19, masih ada bonus Rp15.000 bila dia mendapat 10 poin. Satu poin didapat bila mendapat orderan go ride dan 1,5 poin bila mendapat go food. Tapi, sistem itu ditiadakan sejak Maret lalu. “Lumayanlah waktu masih ada poin, kita agak semangat,” katanya.
Namun, ketika order terus menurun karena Covid-19, sistem bonus itu malah dihilangkan sehingga pendapatan pun semakin tipis. Belakangan Gojek meluncurkan program Berkat. Melalui program ini, setelah mendapat order sebanyak tujuh kali tetapi pendapatan belum mencapai Rp70.000, maka pihak aplikator akan menggenapkannya menjadi senilai itu. “Misalnya aku sudah tujuh kali dapat orderan, tapi pendapatannya masih Rp50.000 atau di bawah Rp70.000, maka aplikator menggenapkan pendapatan kita jadi Rp70.000. Tapi, kalau kita lanjut menerima orderan lebih dari tujuh kali, bonus itu ditiadakan. Driver tetap dapat penghasilan sebesar yang dia dapat semula. Berarti secara tak langsung kita dibatasi sampai tujuh saja kalau mau dapat bonus. Lagi pula, kalau cuma Rp70.000 kita bawa pulang, mau makan apa?” kata Hendrik.
Sistem inilah yang membuat sejumlah penarik ojol di Medan berang dan berdemonstrasi ke kantor Gojek di kompleks CBD Polonia, 4 Agustus 2020 pagi lalu. Seratusan penarik ojol yang bergabung dalam Forum Aksi Merah Putih menuntut agar sistem Berkat ditiadakan dan sistem bonus lama kembali diberlakukan.
Dian Lumbantoruan, Head of Regional Corporate Affairs Gojek wilayah Sumatra bagian utara (Sumbagut), kepada HMStimes.com memberikan penjelasan terkait tuntutan para pengemudi ojol. Dian mengatakan, sebelumnya mereka telah duduk bersama perwakilan Forum Aksi Merah Putih dan membahas serta memberikan respons atas permintaan yang disampaikan.
“Kami juga sudah menyediakan forum diskusi bagi mitra driver yakni melalui program Kopdar yang rutin dilaksanakan. Di masa pandemi, kopdar tetap dilaksanakan secara berkala secara virtual. Jadi, demo itu tidak perlu,” kata Dian melalui keterangan tertulis yang dikirim kepada HMS, 4 Agustus 2020.
Terkait permintaan untuk menghapus program Berkat, menurutnya, program ini diterapkan karena pandemi Covid-19 telah berdampak pada semua lini kehidupan. Mobilitas masyarakat yang menurun drastis berdampak pada sepinya order yang dijalankan oleh jutaan mitra driver di seluruh Indonesia.



