Pengusaha peti mati di Kota Medan, Sumatra Utara menampik anggapan bahwa selama masa pandemi Covid-19, omzet mereka semakin banyak. Ternyata, jumlah orang meninggal karena Covid-19, tidak menambah pesanan jumlah banyaknya peti mati dibanding sebelum Covid.
“Orang pasti berpikiran selama Covid-19 ini, pasti banyaklah omzet kami karena banyak orang pesan peti mati,” kata Ramlam Sebayang (63) yang ditemui HMStimes.com di tempat usaha peti mati miliknya, Talenta, di Jalan Jamin Ginting No 781 Padang Bulan Medan, Kamis, 13 Agustus 2020.
Memang pernah dua kali dia menerima pesanan peti mati pada Maret 2020, pada awal pandemi Covid-19 sedang membuat kepanikan di Kota Medan. Sesudah itu, tidak pernah lagi. Bahkan, sejak itu, yang terjadi adalah pemesanan semakin turun.
“Kalau dulu dalam seminggu itu, dua sampai tiga peti mati itu selalu ada termasuk mobil ambulans, itu biasanya satu paket [peti mati dan ambulans],” kata Ramlan yang saat ditemui HMS, dia sedang duduk-duduk di depan rumahnya, bersebelahan dengan tempat usaha peti mati yang sudah dirintisnya sejak tahun 1991 lalu.
Ramlan mengaku heran kenapa bisa terjadi penurunan. Padahal, dari berita yang dia dengar, jumlah orang meninggal karena Covid-19 di Medan, baik warga Medan maupun yang didatangkan dari daerah lain, semakin banyak. Saat ini, jumlah pasien meninggal akibat Covid-19 yang dimakamkan di tempat pemakaman khusus Covid-19 di TPU Simalingkar B, Medan, sudah mencapai 325 orang, hingga pekan lalu.
“Entahlah pengusaha [peti mati] yang lain ya, kalau [usaha] saya malah turun terus. Udah dua orang pekerja saya terpaksa berhenti. Habis bagaimana, orderan makin sedikit. Mungkin orang rumah sakit sudah ada ‘pabrik peti mati’ sendiri, jadi mereka nggak pesan lagi dari kita,” katanya.
Pun begitu, itu tidak membuatnya tidak patah semangat dan mengambil sisi positifnya. Dia mengatakan, belakangan ini dia malah tidak mau menerima pesanan untuk jenazah Covid-19 karena takut tertular virus corona yang mematikan itu. Begitu juga dengan pemesanan ambulans, dia tolak setiap pesanan yang berkaitan dengan Covid-19.
“Bukan apa-apa, aku ini kan sudah tua. Katanya kan virus itu mematikan untuk orang tua, makanya aku tolak. Aku nggak mau nanti membawa virus itu ke rumah dan mengenai orang-orang di rumah,” katanya.
Hal senada dikatakan Santi Salsalina Tarigan (49), saat ditemui di tempat usaha peti mati yang dikelolanya di Jalan Jamin Ginting No 661 Medan, Kamis, 13 Agustus 2020.
Menurutnya, selama Covid-19 ini dia lebih berhati-hati menerima orderan peti mati. Meski dari sisi ekonomi untung, tapi dari sisi kesehatan dia malah takut kena Covid-19. Sebelumnya, dia pernah menerima pesanan peti mati dari rumah sakit, tapi ditolaknya karena khawatir tertular virus corona.
“Pernah beberapa kali, nggak sering, tapi selalu kami tolak. Kita takut Covid-19 ini. Memang kami tidak langsung berhubungan dengan pihak rumah sakit, ada orang yang memesan khusus, kami tinggal antar. Tapi kan kita nggak bisa jamin virusnya nggak menular karena saya melihat orang yang mengurusi pemakaman Covid-19 harus berpakaian pelindung lengkap, kita nggak bisa menyediakan itu setiap kali mengantarkan peti. Nah, di situnya kita takut,” katanya saat ditemui HMS di sela-sela kesibukannya.
Seperti biasa, sebelum masa pandemi Covid-19, Santi hanya menerima orderan peti mati dari pihak keluarga yang anggota keluarganya meninggal karena sakit kebanyakan, di luar Covid-19. Karena itu, sebelum menerima pesanan dia selalu memastikan bahwa pemesan tidak ada kaitannya dengan Covid-19. “Kalau meninggal karena Covid, kami nggak mau,” katanya.
Ketika ditanya apakah orderannya ada kenaikan dan penurunan, perempuan paruh baya itu mengatakan, usaha peti mati tidak terprediksi. Karena usaha ini tidak mengenal musiman, melainkan mengalir begitu saja.
“[Usaha peti mati] ini mana bisa kita prediksi, tapi memang setiap hari biasanya ada, ya kadang juga nggak ada,” katanya.