Setelah menunggu sejak pagi hingga siang, empat pedagang keliling mulai menyusun kursi dan mejanya lalu meninggalkan tempat. Hari itu, Selasa, 6 Oktober 2020, aksi demonstrasi menolak pengesahan Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja ternyata tidak jadi berlangsung di depan gedung DPRD Sumatra Utara di Jalan Imam Bonjol, Kota Medan.
Namun, Asril (50), penjual kolak dingin, memilih tetap menunggu. Omzetnya belum seberapa, dan stok jualan juga masih banyak. Dia berharap masih ada pembeli yang datang. Bersama dengan istrinya, Erna (47), dia sabar menunggu mana tahu aksi demo jadi dilakukan, barangkali hanya diundur waktunya dari pagi menjadi siang.
Setelah dia menunggu hingga pukul 14.00, aksi demo memang tidak pernah terjadi. Tak lama kemudian, putrinya datang naik sepeda motor dan menaruh helmnya di atas gerobak jualan bapaknya. Mungkin dia ingin membantu bapak dan ibunya bila pembeli ramai. “Demonya enggak jadi ya, Mak?” kata si anak. “Enggak,” kata ibunya.
Putrinya bertanya kenapa demonstrasi tidak jadi, tetapi tentu saja ibunya tidak tahu. Ada perasaan kecewa bagi mereka.
Aksi demonstrasi ibarat gula bagi Asril. Di mana ada demo, ke situ dia akan datang, karena keramaian berpotensi mendatangkan rezeki. Setidaknya, orang yang berdemonstrasi akan kehausan, dan mereka akan membeli minuman dingin jualan Asril.
Asril menjual es cendol, es campur, kolak dingin, es jeruk, dan air mineral. Dia berkolaborasi dengan seorang penjual mi ayam di sebelahnya. Kalau ada orang membeli mi ayam dari rekannya, istri Asril datang menawarkan minuman.
Siang itu rezeki masih berpihak kepada mereka. Empat perempuan yang bekerja di kantor DPRD Sumut datang memesan mi ayam. Asril pun kebagian rezeki. Kolak dingin, es jeruk, dan es campurnya juga dipesan pegawai DRPD itu.
Soal politik, Asril tidak paham. Dia juga tidak mengerti mengapa orang sering berdemonstrasi. “Mau demo apa mereka rupanya?” katanya. Lalu HMS menjelaskan bahwa kabarnya ada kelompok masyarakat yang akan menolak pengesahan UU Omnibus Law. Asril pun mengangguk, entah mengerti atau tidak. Dia tidak tertarik membicarakannya lebih lanjut, karena mengurusi masa depan keluarganya lebih penting.
Asril lebih suka berjualan keliling daripada menetap di satu tempat. Dia pernah mencoba seperti itu, tapi persaingan sangat tinggi. Mencari lapak yang aman dari pungli juga tak mudah. Berjualan keliling, selain bebas dari pungli, rezekinya tidak terduga. Namun, kalau hujan deras, takada pembeli, omzet sepi.
Bagi Asril, hal seperti itu sudah biasa. Risiko terbesar adalah apabila aksi demo tidak terkendalikan. Dia masih ingat ketika terjadi aksi demo di depan kantor Bawaslu Sumut tahun lalu. Saat itu dia dan istrinya berjualan di lokasi demo. Omzet hari itu lumayan banyak. Namun, sempat ada isu bakal ada kerusuhan. Polisi mewanti-wanti Asril agar berjaga-jaga.
“Kalau sudah begitu, polisi bilang ke kami, ‘Bapak pergi saja. Ini mau dilemparkan gas air mata,’” kata Asril. Dia pun bergegas memindahkan gerobak jualannya untuk mencari tempat yang lebih aman.
Dia mengatakan polisi tetap melindungi para pedagang keliling yang berjualan di lokasi demonstrasi. “Polisi pasti beri tahu kalau situasi akan tidak aman,” katanya. Selama hampir lima tahun berjualan keliling, dia tidak pernah jadi korban amukan demonstran.
Menurutnya, sesama pedagang keliling yang berjualan dengan gerobak juga rajin saling berbagi informasi tentang titik keramaian di Kota Medan. Sebelum bergerak pada pagi hari, atau malam sebelumnya, mereka sudah mendapat informasi, misalnya, di mana akan ada demo ataupun kegiatan yang ramai. “Kadang kami lihat info di Google, lihat berita, oh, berarti mungkin ada demo ini,” kata Asril.
Asril sudah tahu tempat-tempat keramaian kalau akan ada demo, seperti di kompleks gedung DPRD Sumut, DPRD Medan, kantor Gubernur Sumut, kantor Wali Kota Medan, kampus, dan Lapangan Merdeka. Dari sana dia bisa mendapat omzet Rp200.000, bahkan lebih.
Siang itu, ketika HMS akan meninggalkan Asril, beberapa pembeli masih asyik menikmati es jualannya. Kata Asril, besok harinya mungkin dia masih akan datang ke DPRD Sumut dengan harapan akan ada demonstrasi.