Pemerintah Provinsi Sumatra Utara diminta bertindak cepat dalam menangani virus African Swine Fever (ASF) yang masih menyerang ternak babi di Sumut. Jika tidak, masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari ternak itu akan terus merugi.
Hal itu terungkap ketika masyarakat peternak babi di Sumut yang tergabung dalam Elemen Save Babi Sumut hadir dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan anggota Komisi B DPRD Sumut, Senin, 19 Oktober 2020, di gedung DPRD Sumut, Jalan Imam Bonjol, Medan, yang juga dihadiri oleh staf Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut.
Berdasarkan laporan dari peternak babi di Sumut, Ketua Komisi B DPRD Sumut, Viktor Silaen, mengatakan hingga saat ini kematian ternak babi akibat virus ASF masih terjadi. Bahkan, sudah ada 42.000 ekor ternak babi yang mati akibat virus tersebut.
“Apa langkah yang sudah dilakukan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut sejauh ini untuk mengatasi masalah ini? Sebab, dari yang kami dengar, masih ada ternak babi yang mati karena virus ini dan kerugian terus bertambah,” kata Viktor Silaen kepada staf Dinas yang hadir pada saat itu.
Sayangnya, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut, Azhar Harahap, tidak hadir pada RDP itu karena dalam keadaan sakit sehingga dia diwakilkan oleh Kepala UPT Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet), Muhamin Damanik.
Menurut Muhamin, virus ASF memang telah berdampak secara ekonomi bagi peternak babi di Sumut. “Namun, ini merupakan penyakit pertama di Indonesia. Virus ini dapat menghabiskan 100 persen ternak babi,” katanya.
Muhamin Damanik mengatakan populasi babi di Sumut mencapai 1,2 juta lebih, yang tersebar di 31 kabupaten/kota. Sekitar 75 persen merupakan ternak rakyat, selebihnya dikelola perusahaan. Sejauh ini ternak babi yang mati akibat ASF masih terus bertambah, seperti di Kabupaten Humbang Hasundutan, Simalungun, dan yang terbanyak di Nias.
“Diduga penyebab virus ASF berasal dari sisa-sisa makanan ekspor dan sampai saat ini vaksinnya belum ditemukan,” katanya. Karena belum adanya vaksin, pemerintah juga kewalahan menangani virus ini. Upaya pemerintah masih sebatas membagikan disinfektan dan mengedukasi masyarakat tentang pencegahan penyebaran virus ASF. “Masih itu yang dapat kami lakukan sejauh ini,” katanya.