“Lambangnya itu kenapa saya buat manusia memandang ke bumi, bukan ke manusia? Kalau memandangnya manusia, kita cenderung melihat apa agamanya, suku, ras, dan hal lainnya. Namun, kalau memandangnya bumi, yang dilihat semua yang ada di dalamnya. Ini mobil seluruh umat Tuhan,” kata Ilham.
Ilham alias Apok, lelaki yang lahir 42 tahun lalu di Bukit Tinggi ini, merasa senang dengan apa yang ia lakukan saat ini. Mobil ambulans miliknya telah membantu banyak orang, khususnya di Kota Batam. Sejak November 2019 lalu sampai hari ini sudah lebih 500-an orang menggunakan mobil ambulans tersebut secara cuma-cuma.
Sejak kecil, ia sering melihat orang yang meninggal dunia. Jika ada yang meninggal, ia selalu datang ke rumah orang tersebut. “Sejak kelas 3 sekolah dasar, kalau ada yang meninggal di kampung saya, saya ikut sampai acara pemakaman selesai. Saya sampai bolos sekolah,” katanya.
Ia juga sangat ingin menjadi sopir, tapi orang tuanya memintanya harus menyelesaikan sekolahnya. “Dengan terpaksa saya selesaikan sampai tamat SD saja. Tahun 1993 saya merantau ke Jakarta, saya menjadi sopir bus antarkota. Lalu saya ke Batam, saya juga sopir di sini,” kata Apok kepada HMS pada 26 Oktober 2020.
Ia pernah ditawarkan menjadi sopir ambulans, tapi karena alasan pendidikannya, ia tidak bisa menjadi sopir ambulans. Ia sangat ingin menjadi sopir ambulans agar banyak orang bisa ia bantu dengan mobil tersebut.
Tengah malam, akhir Maret 2019 silam, ia berdoa, “Ya, Tuhan, izinkan aku hidup di muka bumi ini sebagai orang yang bermanfaat untuk semua umat-Mu. Engkau sering memperlihatkan umat-Mu yang kesusahan, kelaparan kepada saya, tapi Engkau tidak pernah menitipkan rezeki mereka kepada saya. Kalau Engkau izinkan, berikan saya ambulans tahun ini, dan saya berjanji akan menjalankan amanah-Mu di jalan yang benar.”
Setelah ia berdoa, beberapa hari setelahnya ia mulai melihat-lihat kendaraan ambulans di internet. Ia pun telah memberitahukan istrinya mengenai keinginannya tersebut. “Istri saya tanya ada duit, saya bilang tidak. Tapi saya yakin kalau Tuhan memberi izin, saya yakin bisa. Saya bilang jika nanti mobil ini ada, waktu saya buat keluarga mungkin sedikit. Kapan pun orang butuh saya, saya akan pergi,” katanya.
Ia membuat status di Facebook mengenai keinginannya tersebut, tapi ia mengunci status itu sehingga hanya dia sendiri yang bisa melihat. Segala sesuatu sudah ia pikirkan, mulai logo hingga fasilitas di dalam ambulans itu nanti. Ia tidak mau ada logo di mobilnya yang berkaitan dengan unsur agama dan politik. Ia ingin memakai logo yang universal agar semua orang tidak segan menaikinya. “Saya mau bagaimana semua umat Tuhan suka dengan saya. Makanya saya mau netral dan tidak memihak kepada siapa pun,” kata Apok.
Ia ingin membeli mobil baru, bukan mobil bekas, yang akan ia modifikasi. “Saya maunya mobil baru, dalamnya bagus. Bagi saya ini bentuk penghormatan terakhir untuk jenazah yang nantinya dibawa mobil ini,” katanya.
Mobil tersebut tidak hanya membawa orang meninggal, tapi orang sakit juga. Bahkan, jika yang sakit tidak ada biaya berobat, ia akan bayarkan. Jika keluarga orang yang meninggal tidak punya biaya pemakaman, ia tanggung. Jika keluarga di luar Batam ingin memulangkan jenazah, ia bayarkan ongkos pengirimannya. “Saya tak pandang dia agamanya apa. Mereka semua umat Tuhan. Yang Nasrani tak punya uang membeli peti, saya belikan petinya. Bagi saya, menolong orang tidak perlu saya tanya dulu apa agamanya, sukunya apa,” katanya.
Awal April 2019 lalu ia mencari agen penjual mobil di internet, dan ia menemukan satu orang di Jakarta. “Saya bilang ke marketing itu, saya mau beli ambulans, tapi saya cicil,” katanya. Lalu ia menyusun proposal untuk pengadaan mobil tersebut. Karena ia tidak paham mengoperasikan komputer, ia meminta keponakannya untuk mengetik proposal tersebut. Ia mencetak sebanyak 30 proposal dan ia bagikan kepada orang terdekat yang ia kenal.
Ia sangat percaya kekuatan doa. “Ya, Tuhan, tunjukkan kepadaku siapa saja umat-Mu yang pantas kuberi proposal ini. Buka hati mereka,” kata Apok dalam doanya.
Bulan Juli 2019 uang terkumpul Rp20 juta, dan langsung ia setorkan kepada penjual mobil ambulans. Ia juga membeli sebuah nomor telepon khusus untuk diletakkan dalam mobil itu. Ia dengan beberapa temannya pun ikut patungan. Akhir Agustus 2019, uang yang terkumpul sudah ada Rp110 juta, yang ia setorkan kepada si agen penjual mobil. Biaya pembelian mobil masih kurang sekitar Rp73 juta, yang akan dibayar setelah mobil sampai di Batam. Ia mendatangi bos tempat ia bekerja, memintanya untuk membayar dulu sisa kekurangan mobil. Sebagai gantinya, gajinya nanti akan dipotong setiap bulannya.
Mobil dimodifikasi menjadi ambulans, dan pada Oktober 2019 mobil dikirim dari Jakarta ke Kijang, Tanjung Pinang. Dalam perjalanan menjemput mobil itu ia menggunakan kapal feri menuju Tanjung Pinang. “Saat itu saya pergi berdua sama teman untuk menjemput mobil. Di kapal sepi, saya duduk sendiri, saya bersandar di pinggir jendela, dan tiba-tiba air mata saya mengalir. Saya masih ada rasa tidak percaya ini bisa terwujud,” kata Apok.
Pada 1 November 2019, ambulansnya mulai beroperasi di Kota Batam. Satu bulan beroperasi 9 orang pasien telah menaiki mobil tersebut. Ambulans itu gratis dengan layanan 24 jam. Ia menyampaikan kepada siapa pun yang menjadi sopir ambulansnya, jangan pernah menerima sepeser pun dari siapa pun yang memakai ambulans itu. Jika mereka berniat untuk memberi, ia sarankan untuk memasukkannya ke kotak amal yang berada di dalam ambulans, yang nantinya akan dibuka setiap bulannya dan dipergunakan untuk biaya rumah sakit bagi pasien yang tidak mampu.
Beberapa bulan setelah ambulans beroperasi, sisa kekurangan Rp73 juta telah dilunasi. Ia mendapat bantuan dari orang Tionghoa dari Jakarta yang memberikannya Rp40 juta, lalu orang tersebut kembali lagi ke Jakarta. Sebanyak Rp37 juta kekurangannya sudah diikhlaskan oleh bosnya, tidak perlu lagi dibayarnya dari gaji bulanannya. Banyak juga orang lain yang membantunya. Ada yang menggratiskan servis kendaraan, dan ada yang menggratiskan biaya cuci mobil tersebut.
Beberapa bulan setelah ambulans beroperasi, jumlah orang yang menelepon sangat banyak. Ia tidak mampu menangani semuanya. Ia pun memberanikan diri untuk menambah satu mobil lagi dengan pembelian secara kredit. Saat ini ambulans gratis yang ia miliki berjumlah dua buah. Satu ambulans ia sendiri yang membawanya, dan satunya lagi dikemudikan oleh adiknya.
Selama menjalankan ambulans gratis ini ia tidak pernah meminta bantuan partai politik dan pemerintah. Ia tidak mau ambulansnya dimanfaatkan untuk keperluan segelintir orang. “Saya tidak mau ke depannya mereka mengatur saya. Makanya saya tidak mau ada ditempel logo agama, partai, atau apa pun. Saya mau beramal sesuai apa yang saya yakini. Kepercayaan milik kita masing-masing. Kita semua umat Tuhan. Saya tidak mau itu dirusak,” kata Apok.
Sampai hari ini ambulans gratis Apok selalu siap mengantarkan siapa pun yang sakit di Kota Batam. Ia memiliki pasien tetap yang selalu ia antar untuk cuci darah ke rumah sakit. “Kapan pun butuh, saya siap. Hubungi saja, kita akan meluncur,” katanya.
Ia masih punya mimpi lain. “Saya ingin tambah ambulans satu buah lagi. Saya ingin punya bus untuk membawa keluarga jenazah agar mereka tak perlu naik motor ke tempat pemakaman. Saya juga mau punya kapal ambulans agar orang di pulau-pulau mudah untuk berobat. Yang terakhir, saya mau mobil Alphard yang dijadikan ambulans, sebagai penghormatan bagi siapa pun yang menaikinya,” katanya.