Demi untuk bertahan hidup di Kota Batam, Sofian Sitorus, pria asal Tebing Tinggi, Sumatra Utara, rela menjadi badut Mickey Mouse di seputaran lampu merah Simpang Kabil, Kota Batam.
Bekerja sebagai seorang badut dengan terpaksa digeluti oleh Sofian karena berjualan di lampu merah tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan hidupnya. “Belakangan ini tidak ada lagi barang daganganku yang laku terjual maka mau tidak mau, haruslah jadi badut,” katanya kepada HMS, Senin, 30 November 2020.
Sudah sekitar tiga tahun Sofian Sitorus berjualan kemoceng dan pengharum mobil. Namun, dampak pandemi Covid-19 membuat barang dagangannya sangat sulit terjual.
Satu bulan yang lalu dia berpikir untuk mencari penghasilan dengan cara lain, tetapi masih di lampu merah Simpang Kabil. “Menjadi badut Mickey Mouse sepertinya adalah solusi untuk menambah pendapatan dan memenuhi kebutuhan hidup,” ucap Sofian.
Meskipun begitu, bekerja sebagai seorang badut juga membuat dirinya khawatir. “Pekerjaan menjadi badut harus mencuri-curi. Nanti ditangkap petugas pula,” ujarnya.
Dia mengakui bahwa pertama kali menjadi badut pengemis membuat dirinya malu, karena bertolak belakang dengan hati kecilnya. “Saya malu minta-minta. Saya masih sehat kok, kenapa harus minta-minta begitu?” katanya.
Perasaan malu menjadi badut di lampu merah sempat membuat dia kesulitan mendapatkan uang. “Ada sekitar dua mingguan hati ini tidak terima menjadi pengemis dengan cara jadi badut, membuat aku mencari uang untuk kebutuhan keluarga terasa sulit,” ucap Sofian. Namun, setelah dua minggu pertama berlalu, akhirnya dia pun ikhlas menjadi badut pengemis.
Dalam satu hari dia bisa memperoleh sekitar Rp100 ribu dengan hanya minta-minta di lampu merah. “Menjadi seorang badut lebih menjanjikan ketimbang berjualan. Dengan uang sebesar itu dapatlah memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,” ujarnya.
Sebelumnya, sudah banyak pekerjaan yang telah digelutinya, seperti berjualan di Pasar Jodoh dan menjadi sopir angkot jurusan Jodoh-Punggur.