BALI – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, sebagai perwakilan negara berkembang dan satu-satunya anggota G20 dari Asia Tenggara, inklusivitas menjadi sangat penting bagi Indonesia. Negara-negara harus saling membantu melalui masa sulit ini.
Hal itu dinyatakan jelang KTT G20 sebagai puncak kegiatan Presidensi G20 Indonesia yang berlangsung di Bali pada 15-16 November 2022. Forum G20 merupakan “The Only Global Premier Economic Forum” yang menjadi representasi perekonomian dunia, karena negara-negara yang tergabung di dalamnya menguasai 85 persen PDB dunia.
“Kuncinya adalah mencapai keseimbangan. Dengan agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 sebagai penunjuk arah kita. Kita harus mempertimbangkan solusi paling efektif untuk atasi krisis multidimensi yang sedang berlangsung dan tetap rendah hati dalam keterbatasan kita sebagai manusia,” ujar Airlangga menyambut kedatangan delegasi Sherpa 20 di Indonesia secara virtual seperti dikutip dari CNN.
Pertemuan Sherpa G20 keempat yang juga menjadi pertemuan terakhir menyongsong KTT G20 dalam Presidensi G20 Indonesia berlangsung di Jimbaran, Bali, pada 11-14 November.
Membuka pertemuan, Co-Sherpa G20 Indonesia Edi Prio Pambudi bersama Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Sesmenko) Susiwijono Moegiarso selaku Ketua Sekretariat Gabungan Sherpa Track dan Finance Track Presidensi G20 Indonesia.
12 Working Group
“Selain unsur pemerintah, Indonesia juga secara aktif melibatkan kelompok non-pemerintah yang tergabung dalam G20 Engagement Groups. Tujuannya antara lain untuk memastikan bahwa proses pembahasan mengenai upaya pemulihan ekonomi bersifat inklusif, dengan memperhatikan masukan dari kelompok di luar pemerintah selaku stakeholders dan pelaku utama pertumbuhan ekonomi,” ungkap Susiwijono.
Sementara seluruh pembahasan yang berlangsung dalam pertemuan akan meng-endorse concrete deliverables.
Menurut Airlangga, hal ini sesuai arahan Presiden Joko Widodo, yakni agar Presidensi G20 Indonesia dapat menghasilkan manfaat nyata bagi masyarakat Indonesia, menjadi warisan Indonesia bagi G20, serta meningkatkan peran dan profile Indonesia pada Forum G20.
Sherpa Track Presidensi G20 Indonesia meliputi 12 Working Groups (WG) dan 10 Engagement Groups (EG). Sesmenko Susiwijono menjelaskan, peran vital Sherpa Track juga sebagai penyelenggara kegiatan lain, seperti culture and creative economy, research and innovation ministers’ meeting, side event, dan joint ministerial meeting yang merupakan bentuk kerja sama antar kementerian dan lembaga.
“Pada kenyataannya bahwa krisis yang melanda dunia saat ini penuh dengan risiko dan rintangan. Jadi, para pemimpin mengandalkan Anda, atas kebijaksanaan, solusi, dan inovasi untuk pemulihan ekonomi global,” ujar Menko Perekonomian yang juga Ketua Umum Partai Golkar.
Periode Paling Krusial
Penyelenggaraan pada masa pandemi Covid-19, Presidensi G20 Indonesia tahun ini menjadi periode paling krusial dalam proses pemulihan ekonomi global.
Dengan demikian, kolaborasi global melalui Forum G20 harus mampu menghasilkan langkah-langkah nyata dan terobosan besar untuk mengatasi krisis pangan, energi, dan keuangan global yang terjadi saat ini, serta mempercepat pemulihan bersama menjadi lebih kuat.
Sementara itu, sebagai salah satu workstream dalam G20 selain Finance Track, Sherpa Track terus melakukan pembahasan terkait tantangan global dan berbagai isu ekonomi non-finansial untuk mencari solusi dan memberikan rekomendasi atas agenda dan isu prioritas G20.
Pertemuan Sherpa G20 juga bertujuan mempersiapkan versi terbaik Leaders’ Declaration penerapannya oleh para kepala negara dan pemerintahan negara anggota G20.
Rancangan deklarasi berisi substansi pembahasan prioritas Presidensi G20 Indonesia, yakni arsitektur kesehatan global, tranformasi digital, dan transisi energi. Deklarasi juga membahas soal ketahanan pangan sebagai isu global saat ini.
Leaders’ Declaration merupakan komitmen para pemimpin G20 terhadap upaya bersama dalam pemulihan ekonomi dan kesehatan pasca pandemi Covid-19. (*)