BATAM – Beberapa kawasan industri di Batam Center yang menggunakan pasokan air dari SPAM, mengalami permasalahan terkait pasokan air bersih.
“Hal ini menurut saya sudah sangat mengganggu operasioanal bagi para tenant [perusahaan industri di dalam kawasan] yang tidak memiliki fasilitas Water Treatment Plant di Kawasannya,” kata Ketua Bidang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Himpunan Kawasan Industri (HKI), Tjaw Hioeng, Jumat (25/11).
Tjaw Hioeng menegaskan, kebutuhan air merupakan hal yang sangat vital bagi kawasan industri, sama halnya seperti pasokan energi listrik.
Sehingga, ia menilai, hal ini harus benar-benar mendapatkan perhatian khusus dari pejabat yang berwenang.
Terlebih lagi, Batam sudah sangat terkenal sebagai salah satu tujuan investor untuk melakukan beragam aktivitas.
“Kami sudah berkomunikasi dengan Pak Purwiyanto, Waka [Wakil Kepala] BP Batam terkait bagaimana solusi ke depan. Sehingga kendala-kendala seperti ini tidak terjadi lagi di masa-masa yang akan datang. Tentunya kondisi ini dapat menurunkan daya saing KPBPB Batam di mata investor,” terangnya.
Sebelumnya, sejumlah pengusaha di kawasan industri Batam Centre mengeluhkan kuantitas air yang dari pengelola air bersih di Batam, PT Moya Indonesia ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Batam.
Dua kawasan industri di Batam Center tersebut di antaranya, Tunas dan Citra Buana.
Lebih Buruk dari Sebelumnya
Ketua DPRD Batam, Nuryanto mengatakan dua kawasan industri tersebut telah menyatakan keluhannya terkait kuantitas air yang tersendat hingga tidak mengalir sama sekali ke DPRD Kota Batam.
Pria yang biasa disapa Cak Nur ini menegaskan kepada Badan Pengusahaan (BP) Batam agar bisa memberikan tindakan dan bukti nyata agar PT Moya Indonesia selaku pengeloa air bersih di Batam bisa merespon dan memperbaiki segala kekurangan yang ada.
“Mengingat, jika tidak perubahan maka akan memberikan dampak buruk dan efek yang sangat besar khususnya dalam sektor investasi,” kata Cak Nur, Rabu (23/11).
Menurutnya, air menjadi bagian penting dan mendasar dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehingga dampaknya akan sangat buruk jika tidak mendapat respon yang cepat.
“Terlebih lagi dalam dunia investasi. Keluhan para pengusaha ini lebih pada buruknya pelayanan air saat ini lebih buruk dari sebelumnya,” kata dia.
Meski keluhan dalam bentuk lisan, tegasnya lagi, tentunya menjadi semacam pemikiran yang sangat penting dan mendesak. Karena dampaknya akan berpengaruh pada sistem dan investasi di Batam.
“Kalau urusan kuantitas air bersih saja tidak maksimal, bagaimana dengan urusan lainnya. Dan hal ini sangat memperburuk citra Kota Batam yang sudah sangat terkenal di mancanegara sebagai tempat investasi yang sangat bagus, menarik dan bersaing,” kata dia.
Politisi PDI Perjuangan ini pun menegaskan, apa yang di utarakannya ini bukan hanya ‘isapan jempol’ belaka.
Untuk itu pihaknya akan mengundang pihak BP Batam dan PT Moya Indonesia untuk mengklarifiikkasi tentang hal ini.
“Dan jika keluhan ini tidak juga direspon, tentunya kekuatan masyarakat memiliki kekuatan yang lebih besar untuk kiranya mejadi perhatian Pemerintah Daerah tentunya,” tutupnya. (*)