BATAM – Eksistensi Reog Ponorogo kembali dipertontonkan melalui Pawai Budaya peringatan Hari Jadi Batam (HJB) ke 193 tahun, Sabtu (17/12/2022). Menariknya, Wali Kota Batam Muhammad Rudi sempat menaiki kepala Singo Barong untuk menyemarakkan pawai.
“Suatu kehormatan bagi kami sebagai Paguyuban Ponorogo Kota Batam, karena bapak Wali Kota Batam dengan senang hati mau menaiki Kepala Singo Barong kami,” ungkap Wakil Paguyuban Warga Ponorogo Kota Batam, Mustofa.
Ia menjelaskan, hal tersebut hanya dilakukan kepada seorang pemimpin besar suatu negeri atau daerah, karena menunjukkan suatu kebesaran dan kebijakan seorang pemimpin dalam bertahta. Diketahui, berat kepala Singo Barong mencapai 50 kilogram hingga 75 kilogram.
Sebagai salah satu warisan budaya Indonesia yang mendunia, Reog Ponorogo tidak hanya dilestarikan bagi masyarakat Ponorogo, Jawa Timur tempatnya berasal, melainkan juga kerap dihadirkan di berbagai acara budaya di wilayah Indonesia bahkan dunia untuk menunjukkan ke eksistensiannya.
“Reog Ponorogo merupaka kebudayaan asli yang berasal dari Jawa Timur bagian barat laut Ponorogo. Kesenian ini juga menjadi sumber inspirasi sebuah perjuangan untuk meraih hidup lebih baik. Kesenian Reog sudah menjadi identitas bagi Kabupaten Ponorogo,” papar Mustofa.
Namun ia sempat menyesalkan adanya pengakuan dari negara tetangga Malaysia, yang mengklaim Reog Ponorogo sebagai warisan budaya miliknya. “Reog ponorogo adalah satu-satunya yang ada di dunia dan berasal dari tanah Ponorogo, Indonesia. Tidak ada dari bagian negara manapun yang bisa mengklaimnya seperti yang dilakukan Malaysia,” tegasnya.
Mustofa berpendapat, timbulnya pengakuan sepihak dari negeri jiran itu dikarenakan warga negara Indonesia yang menjadi TKI di Malaysia sempat berkumpul dan guyub membuat pertunjukkan Reog Ponorogo di sana. Sebagai bentuk mengambil sikap protes, Paguyuban Ponorogo Kota Batam menggelar pertunjukan Reog Ponorogo di Lapangan SP Batuaji, hingga sehari semalam.
“Indonesia adalah tanah yang kaya akan budaya dan corak adat istiadat yang begitu menakjubkan. Jika bukan kita yang menjaga dan melestarikan budaya leluhur, siapa lagi,” ucapnya. (Pidi Yanti)