JAKARTA – Pusat perdagangan elektronik dan aksesoris di Jakarta, Roxy Square, yang dahulu ramai dikunjungi bahkan sampai ribuan orang per hari, kini kehilangan kejayaannya. Mall ini perlahan bertransformasi menjadi kantor dan gudang bagi pedagang yang bertahan dengan bisnis online sistem.
Suasana ramai dan hiruk-pikuk transaksi yang pernah menjadi ciri khas Roxy Square, kini tinggal kenangan. Beberapa kios di lantai bawah tetap buka, namun lebih banyak digunakan untuk menyimpan stok atau sebagai kantor kecil.
“Kalau buat jualan langsung ke pelanggan, wassalam, dah. Tapi kalau untuk jualan online masih aman,” kata salah seorang pedagang, Lia.
Dikutip dari CNBC Indonesia.com, Minggu, 15 Desember 2024, salah seorang pedagang lainnya, Iis mengungkapkan kondisi sepi mall ini sudah terjadi jauh sebelum pandemi Covid-19, yakni sejak tahun 2018 silam. Adanya pandemi memperparah situasi hingga banyak toko tutup permanen.
“Semenjak ada flyover di depan sini, tempatnya jadi kurang strategis. Mobil harus muter jauh untuk ke sini, makanya jadi sepi. Tapi pas Covid itu memang jadi tambah parah,” ungkap Iis.
10 Tahun Dagang
Hal serupa disampaikan Nci, pemilik warung makan yang sudah lebih 10 tahun berdagang di Roxy Square. “Dulu ramai banget, tapi sejak Covid semua hancur. Sekarang (pelanggan saya) paling karyawan kantor yang beli, pembeli (yang datang) dari luar mana ada?” katanya.
Meski sepi pengunjung, beberapa pedagang tetap bertahan berkat biaya sewa kios yang terbilang murah.
Lia menjelaskan, untuk kios berukuran 6,30 m², biaya sewa hanya Rp2,5 juta per tahun dengan service charge Rp421.000 per bulan.
“Kalau untuk online masih oke. Selain murah, di sini nggak kena debu seperti kalau jualan di pinggir jalan. Ada juga pemilik yang kadang kasih sewa gratis, cuma bayar service charge saja,” ujar Lia.
Fasilitas Dikurangi
Fasilitas mall dikurangi bahkan tidak lagi sepenuhnya berfungsi. Eskalator sering mati dan baru dihidupkan saat karyawan kantor di lantai atas turun untuk makan siang. Pendingin udara juga dimatikan sore hari, meskipun operasional mall resmi hingga pukul 21.00 WIB.
Kini, lantai atas Roxy Square telah berubah fungsi menjadi kantor, seperti kantor Sinarmas Group yang mendominasi lantai satu hingga lima.
Sedangkan aktivitas berjualan di mall ini lebih banyak dipusatkan di lantai LG, G, dan UG, tempat beberapa kios masih buka.
Akan tetapi, sebagian besar pedagang mengandalkan penjualan sistem online untuk bertahan.
Suara para pedagang yang dulu bersahut-sahutan menawarkan dagangannya, kini digantikan dengan aktivitas pengemasan barang dan pencatatan pesanan online.
Roxy Square dulu merupakan satu destinasi utama bagi mereka yang mencari produk elektronik, aksesoris, hingga pakaian.
Kini, suasananya bak kuburan. Jauh dari aktivitas jual-beli yang semestinya.
“Kalau mau cari pelanggan reguler, sudah nggak mungkin lagi. Tapi untuk gudang atau kantor, masih bisa bertahan,” kata Lia, sembari merapikan barang dagangannya.
Dengan kondisi yang kian memprihatinkan, kejayaan Roxy Square tampaknya hanya tinggal cerita. Pedagang yang bertahan harus beradaptasi atau perlahan mundur dari mall yang pernah menjadi ikon perdagangan di Jakarta.(*)