JAKARTA – Rupiah menutup pekan lalu dengan kinerja cukup solid, meski sempat berfluktuasi tajam di tengah pergerakan beragam mata uang Asia terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Melansir Refinitiv, pada penutupan perdagangan Jumat, 22 Agustus 2025, rupiah menguat 0,49% ke posisi Rp16.375/US$, menjadi salah satu yang mencatatkan penguatan di kawasan. Secara mingguan, rupiah berhasil menutup perdagangan dengan apresiasi 0,24%.
Sepanjang pekan, rupiah benar-benar diuji. Awal pekan, Senin, 8 September 2025, rupiah sempat menguat signifikan 0,70% ke level Rp16.300/US$. Namun sehari setelahnya, tekanan besar datang hingga membuat rupiah terperosok lebih dari 1% ke Rp16.485/US$.
Baru menjelang akhir pekan, rupiah bangkit kembali dan ditutup di zona hijau, dilansir cnbcindonesia.com.
Jika dibandingkan mata uang Asia lain, rupiah memang bukan yang paling bersinar.
Baht Thailand memimpin penguatan dengan lonjakan 1,25% ke level THB 31,64/US$; disusul dolar Taiwan yang terapresiasi 0,63% di posisi TWD 30,285/US$. Sementara ringgit Malaysia menguat 0,47% ke MYR 4,200/US$, tepat satu tingkat di atas rupiah.
Sebaliknya, sejumlah mata uang Asia justru tertekan terhadap dolar AS.
Peso Filipina menjadi yang paling lemah dengan depresiasi 0,79% ke PHP 57,082/US$. Disusul won Korea yang terkoreksi 0,47% ke KRW 1.392,7/US$, lalu yen Jepang dan rupee India yang masing-masing melemah 0,19% dan 0,12%.
Indeks Dolar AS
Pergerakan mata uang Asia pekan lalu tak lepas dari dinamika indeks dolar AS (DXY) yang melemah 0,22% dalam sepekan di level 97,550. DXY mencatat penurunan mingguan untuk kedua kalinya secara beruntun.
Tekanan terhadap dolar muncul dari ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, pelemahan data tenaga kerja, serta turunnya sentimen konsumen AS.
Menurut Tom Simons, Kepala Ekonom AS di Jefferies, jika The Fed benar-benar memangkas suku bunga pekan depan, bahkan memberi sinyal penurunan lanjutan, sentimen bisnis bisa membaik.
“Pemangkasan suku bunga dapat memberi peluang bagi pelaku usaha untuk memulihkan margin dan meningkatkan kapasitas perekrutan tenaga kerja,” jelasnya dikutip dari Reuters.
Semenrara kinerja rupiah mencerminkan ketahanan di tengah gejolak global, meski masih kalah dibandingkan baht Thailand dan dolar Taiwan. Ke depan, arah pergerakan rupiah dan mata uang Asia lain sangat bergantung pada keputusan The Fed pada 17 September yang diperkirakan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. (*)