Iskandar (40) atau kerap disapa Kandar tampaknya sudah terbiasa dengan panasnya sinar matahari siang yang membakar kulit hitamnya itu.
Ia saat itu sedang berada di atas sampan tuanya yang sudah mulai bocor. Ia berencana akan turun ke laut mencari sotong dan ikan untuk nantinya ia jual.
Berbekal udang candet, alat memancing sotong karang yang menyerupai udang dengan banyak besi tajam di ekornya, dan alat pancing ikan, ia berharap akan banyak membawa pulang hasil tangkapan.
Sebelum Kandar berangkat, HMS sempat mengobrol panjang dengannya. Ia menceritakan bagaimana ia berusaha mencari rezeki di pulau kecil itu, untuk menghidupi keluarganya.
Pasir Panjang, pulau kecil yang masuk ke dalam kawasan Kecamatan Galang ini adalah tempat ia mencari rezeki. Ia juga lahir dan besar di tempat itu, sampai ia menikah.
Kandar kini adalah seorang ayah, ia memiliki 3 orang anak. Ia rela bekerja apa saja, asal halal. Selain pekerjaan utamanya sebagai nelayan, tak jarang orang di pulau tersebut memintanya untuk memanjat pohon kelapa. Ia biasa diupah Rp10 ribu per pohon dan Rp1000 per kelapa.
Ia juga kadang ke hutan menebang kayu, kalau ada warga yang memesannya. “Selama itu halal, akan saya kerjakan,” katanya kepada HMS pada Minggu, 21 Maret 2021.
Sedari usia belasan tahun, Kandar sudah mulai mengikuti ayahnya ke laut. Ia juga tidak bersekolah, karena saat itu jarak antara rumahnya dan sekolah cukup jauh.
Keluarganya bukanlah orang berada, sehingga kebutuhan perut menurutnya lebih penting daripada pendidikan.
Kandar tinggal di sebuah rumah panggung dengan ukuran kurang lebih 4×4 meter. Ia pun tak memiliki pompong atau jaring untuk menangkap ikan. Selama ini biasanya ia hanya ikut membantu atau menumpang dengan nelayan lainnya. Hasil tangkapakan nantinya akan dibagi dua dengan si pemilik pompong.
Dalam sehari jika hasil laut bagus, ia bisa dapat upah sampai Rp400 ribu, tapi itu sangat jarang. Jika hasil laut tak bagus, jangankan upah, ikan untuk lauk pun kadang takada ia bawa pulang.
Begitu juga jika angin utara mulai datang, ia tak bisa turun ke laut sampai 3 atau 4 bulan. “Kalau sudah datang angin tare (utara), susahlah kite. Cari kerja darat lagi, macam nebang kayu gitu,” katanya.
Kadar saat ini tak berharap banyak, ia hanya ingin dapurnya terus mengepul setiap harinya.